Banda Aceh – Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah I Aceh, berkolaborasi dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry dan KNPI Provinsi Aceh sukses menggelar Dialog Keacehan pasangan calon gubernur dan wakil Gubernur Aceh Periode 2025-2030, Selasa, November 2024.
Mengangkat tema kependidikan, kebudayaan dan kepemudaan, yang menjadi isu penting untuk masa depan Aceh, diskusi yang digelar di Auditorium Ali Hasyimi menghadirkan 3 akademisi yaitu Habiburrahim, Reza Idria dan Aklima yang memaparkan materinya lalu kemudian direspon oleh kedua cawagub.
Merespon persoalan pendidikan cawagub Paslon 01, Fadhil Rahmi dalam penyampaian argumentasinya menuturkan pendidikan sangat berkaitan erat dengan angka kemiskinan.
Banda Aceh menjadi kota dengan tingkat kemiskinan paling rendah dan tingkat pendidikan paling tinggi di Aceh. Ia menyoroti kurang meratanya akses pendidikan yang terjadi antara siswa yang bersekolah di perkotaan dengan yang berada di perkampungan.
“Kita ingin idealnya Aceh ini tidak ada lagi disparitas apapun dikotomi, lebih-lebih diskriminasi mendapatkan kesempatan pendidikan sekecil apapun. Pendidikan harus mampu menyentuh pedesaan harus menyentuh pedalaman,dan sama kualitasnya dengan dimanapun, baik itu di kedalaman, di pesisir, dimanapun,” ucapnya.
Fadhlullah, cawagub 02 juga turut menekankan isu pendidikan mengenai terbatasnya informasi beasiswa luar negeri terhadap mahasiswa Aceh. Dari 109 mahasiswa Indonesia yang ia temui, ia mengaku hanya ada 1 mahasiswa Aceh yang berkesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di luar negeri.
Hal ini menurut Fadhlullah menjadi kewajiban pemerintah untuk memberikan akses informasi seluas-luasnya untuk pemuda Aceh agar mempunyai kesempatan yang sama dengan pemuda di provinsi ibu kota.
“Kita ini tidak tahu bahwa di negara luar sangat banyak beasiswa yang diberikan ke negara-negara luarnya. Terutama kita Aceh putus informasi tentang beasiswa, inilah perlu andil pemerintah untuk memberikan informasi beasiswa-beasiswa ke semua kampus,” jelasnya.