Mengeluh, Pendesain Grafis Kandas Desain Gratis

BERITAACEH, Banda Aceh – Dunia karya lukisan para pelukis di Aceh kini mulai kandas. Seiring perkembangan era digitalisasi, sebab pelaku seni mulai sepi tampil di publik.

Ungkapan itu diungkapkan Sayed Ahmad Sabiq (35) salah seorang pelukis seni rupa asal di Kota Lhokseumawe, para pelaku seni mulai runtuh. Rata-rata hasil karya yang di desain lukisan  tangan sedikit diminati oleh publik. Tak dibandingkan pada masa sebelum era digitalisasi.

“Sebelum era digitalisasi berkembang, karya seni hasil lukisan tangan paling diminati,” katanya, Rabu (18/10/2023)..

Dia menceritakan, sejak tahun 2004 hingga sekarang, karya-karya seni banyak di Desain dengan alat digitalisasi, selain harga murah, dan pola desain sangat mudah, dibangdingkan dengan lukisan tangan. Rata-rata para pelaku seni lukisan tangan banyal beralih ke digital.

“Rata-rata karya seni lukisan tangan sedikit dipamerkan ke publik,” ungkapnya.

Menurut Sayed, karya seni lukisan tangan itu mulai terkikis seiring perkembangan moderenisasi. Antara kerya lukisan tangan, dipandukan dengan karya digital. Sehingga menghasilkan karya baru yang dipaparkan ke media sosial.

“Jadi karya-karya itu kini sudah modern” ungkapnya.

Sebelum canggih era digitalisasi, para pelaku seni Lukis paling diburu oleh pelaku usaha sablon, dan lain-lain. Bahkan, seni lukis telah memberi sumbangsi terbesar bagi perkembangan dunia seni rupa.

“Seiring perkembangan zaman gaya melukis dengan metode lama mulai ditinggalkan, dan masyarakat mulai beralih ke metode digital printing,” paparnya.

Padahal, gaya melukis dengan metode lama seperti menggunakan media kanvas, cat minyak dan kuas memiliki manfaat yang luar biasa terutama bagi kinerja otak. Untuk membangkitkan hal itu, remaja asal Palangka Raya mencoba mengajak kaum milenial khususnya pelajar untuk bernostalgia mempelajari seni lukis metode lama melalui media kanvas, kuas dan cat air.

“Sensasi melukis dengan menggunakan media kanvas sangat berbeda dengan digital painting, di kanvas itu lebih tertantang terutama soal imajinasi,” ujarnya.

Secara pengertian sendiri, seni lukis pada awalnya merupakan karya seni rupa dua dimensi, yang terbentuk dari unsur rupa yaitu titik, garis, bidang, bentuk, ruang, warna, tekstur, dan gelap terang.

“Dari unsur-unsur tersebut, kemudian diimajinasikan melalui pikiran dan disalurkan dengan gerakan tangan sehingga terciptalah citra atau lukisan,” paparnya.

Tambahnya, jika melukis dapat membantu kinerja sistem syaraf terutama dalam hal menggerakan tangan. Karena dalam melukis seseorang butuh kesabaran, fokus dan perlu kehati-hatian.

“Melukis juga terbukti membantu kinerja sistem saraf melalui keterlibatan pikiran dan tubuh. Karena jika seseorang melukis, pikiran akan mengarahkan gerakan tangan, ” tambahnya.

Seni Aceh Harus Beradaptasi Dengan Perkembangan Zaman

Kepala Disbudpar Aceh, Al Muniza Kamal, S.STP, M.SI, melalui Kepala Bidang (Kabid) Bahasa dan Seni, Nurlaila Hamjah, S.SOS., M.M, mengatakan, seni ornamen Aceh telah lama menjadi bagian penting dari budaya Aceh.

Kepala Bidang Bahasa dan Seni Disbudpar Aceh, Nurlaila Hamjah, S.SOS., M.M.

Dengan pola ukiran tradisional yang rumit dan indah, seni ornamen telah menghiasi berbagai bangunan, termasuk rumah adat, masjid, dan tempat ibadah lainnya. Namun, dengan perkembangan teknologi dan tren modern, seni ini harus beradaptasi agar tetap relevan.

Seni kontemporer adalah bentuk seni yang menggabungkan unsur-unsur tradisional dengan teknologi modern, seperti video, gambar, dan suara. Ini memungkinkan seniman untuk menyampaikan pesan-pesan budaya melalui medium yang lebih kontemporer dan dapat diakses oleh audiens yang lebih luas.

“Kami ingin mengajak para seniman ornamen Aceh untuk melihat potensi yang besar dalam seni kontemporer. Dengan memodernisasi seni ornamen, mereka dapat menciptakan karya-karya yang lebih relevan dengan zaman sekarang dan dapat

diterima oleh berbagai kalangan,” kata Nurlaila kepada media diruang kerjanya, Senin (16/10/2023).

Langkah ini juga sejalan dengan upaya mempromosikan budaya Aceh kepada dunia. Dengan seni kontemporer, pesan-pesan budaya Aceh dapat lebih mudah disebarkan melalui platform digital dan media sosial.

Ini akan membantu memperluas cakupan dan meningkatkan pemahaman tentang budaya Aceh di tingkat internasional.

“Kita ingin seniman ornamen Aceh menjadi agen perubahan dalam mengangkat

budaya Aceh ke tingkat global. Melalui seni kontemporer, mereka dapat menciptakan karya yang menginspirasi dan mempromosikan budaya Aceh,” kata Nurlaila.

“Layaknya seni lukis yang awalnya menggunakan kuas dan cat, kami mendorong penggunaan teknologi digital dalam seni lukis untuk menciptakan karya yang lebih modern dan dinamis,” jelasnya.

Disbudpar Aceh juga berencana mengadakan workshop dan pelatihan untuk para seniman ornamen yang tertarik untuk memasuki dunia seni kontemporer.

Ini akan memberikan mereka keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menggabungkan teknologi dalam seni mereka.

Selain itu, Disbudpar Aceh akan memberikan dukungan finansial untuk proyek-proyek seni kontemporer yang dihasilkan oleh seniman ornamen Aceh. Ini akan memberikan insentif bagi mereka untuk menciptakan karya-karya yang berkualitas tinggi.

Tampilkan di PKA ke 8

Nurlaila mengatakan, Pekan Kebudayaan Aceh ke-8 merupakan platform yang paling ditunggu bagi seniman lokal di 23 kabupaten/kota di Aceh.

Menurutnya, Pekan Kebudayaan Aceh ke-8 akan menjadi perayaan seni yang menggugah dan memadukan tradisi dengan kontemporer.

“Kami telah mengundang seniman-seniman terkemuka dari berbagai disiplin seni untuk berpartisipasi dalam acara ini, dan kami sangat bersemangat untuk melihat karya-karya mereka yang telah dimodernisasi,” kata Nurlaila.

Akan tetapi, lanjut Nurlaila, untuk seni kontemporer pada Pekan Kebudayaan Aceh ke 8 kemungkinan ruangannya tidak terlalu banyak. Pasalnya target di PKA itu lebih dominan mengangkat tradisi di Aceh.

“Karna pada latarnya PKA adalah melestarikan kebudayaan dan memperkenalkan kebudayaan Aceh kepada masyarakat lokal maupun luar,” ucapnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, selain pameran seni kontemporer, Pekan Kebudayaan Aceh ke-8 akan menyelenggarakan berbagai acara lainnya, termasuk pertunjukan musik tradisional Aceh, tari-tarian khas, serta kuliner lokal yang menggugah selera.

“Ini adalah kesempatan sempurna bagi pengunjung untuk merasakan kekayaan budaya Aceh,” ujarnya.

Nurlaila juga menekankan pentingnya acara ini dalam mempromosikan Aceh sebagai destinasi wisata budaya yang menarik.

“Kami berharap Pekan Kebudayaan Aceh ke-8 akan membawa lebih banyak perhatian pada warisan budaya Aceh dan memperkuat posisi Aceh sebagai tujuan wisata budaya yang menarik,” harapnya.

Pekan Kebudayaan Aceh ke-8 diharapkan akan menarik ribuan pengunjung dari dalam dan luar negeri, menciptakan hubungan budaya yang kuat, dan mempererat ikatan antara seniman serta komunitas budaya di Aceh. (ADV)