BERITAACEH, Banda Aceh – Tari “Pét Reumpah” tampil pada lomba Pawai Budaya Pejalan Kaki Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) Ke-8 dengan mengangkat tema “Keurajeun Pedir/Sjahir Poli”. Tari menceritakan khazanah negeri Pedir kaya dengan Rempah-rempah alam, sebagai pusat perdagangan.
Kerajaan pedir termasuk kerajaan tertua di aceh yang pernah menjadi pusat perdagangan dan sangat kaya. Kerajaan Pedir terletak di kawasan selat malaka dan berhadapan langsung dengan malaka, kerajaan ini sangat makmur berkat sumber alamnya yang menjadi komoditas perdagangan dunia pada masa pelayanan perdagangan awal.
“Wilayah aceh, termasuk pedir, dikenal sebagai penyedia komoditas pokok bagi negeri-negeri diberbagai belahan dunia,” Protokol dan Komunikasi Pimpinan Kabupaten Pidie, Teuku Iqbal SSTP MSi.
Para pedagang arab dan peniagapun semakin membanjiri perairan aceh untuk mendapatkan berbagai jenis rempah dan kekayaan bumi lainnya.
“Selain kerajaan pasai, pedir juga merupakan sebuah kerajaan dengan hasil alam melimpah dan menjadi pusat perdagangan,” jelasnya.
Produksi andalan masa itu adalah emping, lada, sutra, kapur barus, emas serta kemenyan. Tari Pét Reumpah atau memetik rempah ini diangkat dari kegiatan petani dalam memetik rempah langsung dari pohonnya seperti emping, lada, cengkeh, kapur barus, kemenyan, dll.
Gerak tari ini berasal dari gerak-gerak tradisi Aceh yg dimodifikasi sehingga melahirkan gerak yang dinamis dan indah. Yang mana Pidie menjadi penghasil lada terbaik dan sangat terkenal diseluruh dunia bahkan juga dengan para pedagannya yang mumpuni diluar kabupaten pidie sendiri.
Pawai Budaya Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 yang diikut 23 kabupaten dan kota berlangsung semarak, pada Minggu, 5 November 2023, dimana Pawai akbar yang diikuti oleh 23 Kabupaten dan Kota dan menampilkan 2.025 peserta yang tampil mengenakan baju adat dari masing-masing daerah.
Antusias masyarakat pun sangat tinggi melihat pawai yang hadir dengan beragam adat dan budaya Aceh dari tampilan kontingen dari 23 kabupaten dan kota.
Adapun Pelepasan peserta pawai budaya secara resmi dilakukan oleh Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Aceh, Iskandar Usman Al-Farlaky di Lapangan Blang Padang, Kota Banda Aceh.
Dimana sebelum dilepas, peserta kontingen menjalani prosesi adat Peukru Seumangat oleh Wakil Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) Syeh Marhaban, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Tgk. Muhibbuthabary dan Imam Besar Mesjid Raya Baiturrahman, Azman Ismail.
Adapun rute Pawai dimulai dari Lapangan Blang Padang, kemudian melewati Tugu Simpang Jam, Jalan Tengku Abu Lam U, Jalan Mohammad Jam, Jalan Syech Muda Wali, Jalan Prof A Majid Ibrahim II, dan berakhir kembali di Lapangan Blang Padang.
Pawai dilaksanakan dengan berbagai keragaman adat yang ditampilkan, dari Pawai PKA kali ini sangat memukau masyarakat dimana banyak yang tampil dengan performa terbaik seperti iringan pasukan srikandi, iringan pejuang kemerdekaan, pejuang kerajaan tempo dulu lengkap dengan pedang dan kuda.
Dalam pawai Budaya ini, selain menampilkan adat dan budaya dari setiap daerah dari 23 Kabupaten dan Kota ikut menampilkan tarian seni yang sangat memukau masyarakat yang hadir di sepanjang 5 kilometer jalur pawai dan menampilkan aksi kesenian dan budaya dari masing-masing daerah, mulai dari tarian, silat hingga debus didepan Masjid Raya Baiturrahman yang disebut langsung oleh Pejabat Gubernur Achmad Marzuki.
Penjabat Gubernur Achmad Marzuki mengaku takjub melihat kekayaan budaya Aceh yang dipertunjukkan para peserta dari 23 kabupaten dan kota.
“Seluruh kontingen hari ini sangat luar biasa,” katanya.
Marzuki berharap pelaksanaan PKA-8 bisa membangun kesadaran masyarakat untuk bangga serta ikut melestarikan budaya Aceh
Kesemuanya tampilan dari kabupaten pidie diakhiri dengan ucapan Salam Pidie Mulia yang didengungkan oleh Penjabat Bupati Pidie, Ir.Wahyudi Adisiswato, M.Si sebanyak tiga kali dan jawab oleh seluruh peserta dari kontingen pidie, ikut juga Bapak Pj.Gubernur Aceh Achmad Marzuki mengucapkan Salam Pidie Mulia dengan menadahkan tangannya kepada penonton semua yang ada didepan panggung utama.
Kontingen Pawai Kebudayaan PKA ke 8, Pidie Meraih Juara 1
Kontingen Kabupaten Pidie berhasil meraih juara I dalam ajang pawai budaya Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Pidie, Yusmadi selaku Ketua Kontingen Pidie PKA-8, mengatakan, capaian prestasi tersebut diharapkan dapat menjadi awal kemenangan Kabupaten Pidie untuk meraih juara umum.
“Semoga capaian juara pawai budaya hari ini juga disusul pada pergelaran cabang lomba lain, sehingga juara umum dapat dicapai,” kata Yusmadi, Senin (6/11/2023).
Yusmadi menambahkan pihaknya berharap, seluruh peserta dari Pidie terus memberikan yang terbaik dalam pergelaran cabang lomba lain PKA tahun ini.
Lebih lanjut, katanya, dalam perlombaan pawai budaya, Pidie menampilkan atraksi tari Pét Reumpah (memetik rempah) karena Pidie dan Rempah adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Pidie menjadi penghasil lada terbaik yang dikenal ke seluruh dunia.
“Kerajaan Pedir termasuk kerajaan tertua di Aceh yang pernah menjadi pusat perdagangan dan sangat kaya. Kerajaan ini sangat makmur berkat sumber alamnya yang menjadi komoditas perdagangan dunia pada masa pelayanan perdagangan awal,” ungkapnya.
Produk andalan masa itu adalah, Lada, Sutra, Kapur Barus, Emas serta Kemenyan. Pawai tersebut diikuti 23 kabupaten/kota dan berbagai komunitas, dengan berbagai keunikan dan aneka ragam budaya masing-masing.
Riwatyat PKA dari Masa ke Masa
PEKAN Kebudayaan Aceh (PKA) merupakan ajang perhelatan kebudayaan terbesar masyarakat Aceh untuk melestarikan nilai-nilai budaya, sejarah, dan adat istiadat Aceh yang telah diadakan sejak tahun 1958, 1972, 1988, 2004, 2009, 2013, 2018, 2023.
PKA I Tahun 1958
Satu tahun sebelum digelar Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) untuk pertama kalinya pada 1957 terbentuk Lembaga Kebudayaan Aceh yang diketuai Mayor T Hamzah. Lembaga ini kemudian mempersiapkan pelaksanaan PKA I pada 1958.
Helatan yang digelar di Gedung Balai Teuku Umar Kutaraja pada 12-23 Agustus 1958 ini mengambil tema “Adat bak Poteumeuruhom, Hukom bak Syiah Kuala”. Nilai-nilai kebudayaan Aceh yang mengalami degradasi dari masa ke masa, digali dan diangkat kembali dalam pengelaran PKA pertama.
Satu hasil penting dari hajatan PKA I lahirnya “Piagam Blangpadang”. Isinya antara lain menghidupkan kembali adat istiadat dan kebudayaan Aceh dalam setiap gerak pembangunan Aceh dan masyarakatnya. Implementasi “Piagam Blangpadang” terus ditindaklanjuti hingga 14 tahun kemudian yang ditandai dengan penyelenggaraan PKA II.
PKA II Tahun 1972
PKA II berlangsung pada 20 Agustus- 2 September 1972. PKA II digelar sebagai upaya memelihara dan meningkatkan ketahanan nasional yang meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial, bu-daya, militer, hankam, dan agama. Selain itu, PKA II juga membuka isolasi dan ketertinggalan daerah Aceh di segala bidang, terutama prasarana fisik, ekonomi, dan sosial budaya. Rangkaian acara PKA II diantaranya: pameran kebudayaan, pawai kebudayaan, seminar kebudayaan, pertunjukan adat, pementasan kesenian, perlombaan rakyat dan kunjungan wisata.
PKA III Tahun 1988
PKA-3 dilaksanakan pada tahun 1988, di Lapangan Blangpadang, Banda Aceh. Helatan periode ini menguatkan kembali nilai-nilai agama, tradisi, ideologi, ekonomi, pertahanan keamanan, dan sosial budaya masyarakat Aceh. Sederet topik terkait nilai-nilai tersebut di-diskusikan dalam seminar budaya dengan tema “Wajah Rakyat Aceh dalam Lintasan Sejarah”, “Hari Depan Kebudayaan Aceh”, “Identitas Kesenian Aceh di Tengah Pengembangan Budaya Modern” dan “Peranan Sastra Aceh dalam Sastra Indonesia”, dan lainnya.
PKA IV Tahun 2004
PKA IV dilaksanakan pada 19 – 28 Agustus 2004. Hajatan periode ini juga menandakan penetapan Taman Sulthanah Safiatuddin, Banda Aceh, sebagai venue utama pelaksanaan PKA. Sejumlah anjungan Kabupaten/Kota dibangun di Taman Sulthanan Safiatuddin. Rangkaian acara PKA IV antara lain: atraksi budaya, pasar seni, pameran buku, pawai budaya, dan kenduri massal. Helatan tahun ini berlangsung meriah dan cukup menarik antusiasme masyarakat Aceh untuk menyaksikannya.
PKA V Tahun 2009
Pelaksanaan PKA V menjadi titik kebangkitan kembali masyarakat Aceh setelah dilanda gempa dan tsunami dahsyat pada 26 Desember 2004. Terlebih Aceh sudah menandatangani perjanjian damai RI dan GAM pada 2005.
PKA V digelar pada 2 – 11 Agustus 2009 di Taman Sulthanah Safiatuddin. Mengangkat tema “Satukan Langkah, Bangun Aceh dengan Tamaddun”. Kegiatannya antara lain parade budaya, gebyar seni, seminar budaya, aneka lomba permainan rakyat, dan expo.
Perhelatan ini bertujuan untuk meningkatkan peran serta dan apresiasi masyarakat dalam mengaktualisasikan nilai-nilai budaya Aceh yang islami, melestarikan keragaman budaya dalam memperkokoh kedamaian yang abadi di Aceh, meningkatkan peran serta masyarakat sekaligus mempromosikan adat dan produk budaya maupun pariwisata Aceh.
PKA VI Tahun 2013
PKA VI diselenggarakan pada 20-29 September 2013 di Taman Sulthanah Syafiatuddin. Mengangkat tema “Aceh Satu Bersama”, perhelatan kali ini ingin membentuk kepribadian masyarakat Aceh yang lebih berbudaya, juga untuk menumbuhkan pemahaman, pengamatan, dan pelestarian nilai budaya daerah yang lebih luhur dan beradab untuk mengangkat harkat dan martabat manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai agama.
Rangkaian kegiatan antara lain; pawai budaya, pameran, anugerah budaya, gebyar seni, temu budaya, lomba permainan rakyat, Aceh satu dalam sejarah, dan atraksi budaya.
PKA VII Tahun 2018
PKA-VII digelar pada 5-15 Agustus 2018, di Banda Aceh, dengan tema “Aceh Hebat dengan Adat Budaya Bersyariat”, karena kebudayaan Aceh sangat identik dengan nilai-nilai syariat.
Religi telah menjadi fokus kebudayaan Aceh sejak Islam pertama kali masuk ke Nusantara melalui daerah Aceh. PKA-VII diisi dengan berbagai kegiatan antaranya pawai budaya, pameran dan eksibisi, lomba atraksi budaya, festival seni dan budaya, seminar kebudayaan dan kemaritiman, serta anugerah budaya.
PKA VIII Tahun 2023
PKA VIII akan dilaksanakan pada tanggal 04 – 12 November 2023, lokasi pelaksanaannya di Taman Sulthanah Safiatuddin, Banda Aceh. Mengangkat tema “Jalur Rempah” dengan tagline “Rempahkan Bumi Pulihkan Dunia”.
Dengan berbagai rangkaian kegiatan antara lain: pawai budaya, pameran sejarah jalur rempah, festival busana, festival kuliner, pertunjukan dan lomba seni budaya, pertunjukan dan lomba adat budaya, aneka lomba permainan rakyat, seminar internasional, dan business matching. (ADV)